Sabtu, 28 November 2009

Minimnya Informasi Masalah Kehutanan dan Illegal Logging

Sepanjang sebulan masa kampanye, masalah lingkungan dan hutan paling banyak diberitakan. Jumlahnya sama dengan informasi mengenai program presiden terhadap lingkungan. Sedangkan track record capres-cawapres terhadap lingkungan terbilang sedikit, (Selengkapnya simak tabel 5).

Meski terdapat asumsi berita media massa cetak lebih dalam ketimbang media massa cetak, namun untuk urusan lingkungan terjadi pola yang sama: berita pendek sekedar informasi. Bahkan berita Rakyat Merdeka hanya menyebut : menerima masukan mengenai illegal logging (Kompas, 23/06/04, Rakyat Merdeka, 22/06/04, Suara Pembaruan, 21/06/04).

Hal ini menyebabkan mampatnya informasi mengenai kepedulian capres-cawapres terhadap isu lingkungan dan hutan. Yang patut digarisbawahi, beberapa berita hanya menempatkan isu mengenai lingkungan di sela-sela isu lain. Alhasil berita yang disampaikan hanya 2 atau 3 paragraf, terselip di antara paragraph-paragraf lain dalam lajur berita peristiwa kampanye.

Namun terdapat pula berita yang mengulas masalah lingkungan secara panjang lebar. Misalnya dalam rubrik Prespektif (Mega Beri Bukti Bukan Janji) dalam Harian Suara Pembaruan. Rubrik ini kerap mengulas panjang lebar sosok Megawati dalam bingkai positif, salah satunya mengenai lingkungan. Narasumber yang dipilih adalah Nabiel Makarim, Menteri Lingkungan Hidup.

Terdapat kemungkinan ini merupakan bentuk kerjasama Suara Pembaruan dengan tim sukses Megawati. Semisal iklan berita atau advertorial. Berita yang menceritakan penyosokan Megawati ini diimbuhi track record Mega, yang pada 15 Agustus 2003, dalam pidato kenegaraannya menempatkan program lingkungan sebagai salah satu dari sembilan prioritas pembangunan. (Lihat Tabel 13. Tema Berita Lingkungan Hidup dalam Kampanye Pemilihan Presiden di Suratkabar, 1 Juni-1 Juli 2004 dan Tabel 14. Narasumber Berita Lingkungan Hidup dalam Kampanye Pemilihan Presiden di Suratkabar, 1 Juni-1 Juli 2004)

Berita bersumber pemerintah itu, salah satunya memberikan informasi mengenai Megawati yang peduli terhadap lingkungan. Judul yang dipilih Suara Pembaruan (11/06/04) adalah Nabiel Bercerita Bunga Anggrek di Meja Mega. Pemilihan judul ini tentunya menguatkan sisi feminin Mega yang bertautan dengan soal lingkungan. Mega digambarkan sebagai pelindung dan perawat lingkungan (feminine) melawan kekuatan perusak lingkungan (maskulin).

Pembaca seolah dibawa kepada citra Megawati yang tak aji mumpung, menggarap lingkungan di saat kampanye. Sebab, Megawati peduli lingkungan sejak dahulu. Simak nukilan pembuka berita Suara Pembaruan:

Di mata Menteri Lingkungan Hidup, Nabiel Makarim, kepedulian Presiden Megawati Soekarnoputri kepada lingkungan bukan sesuatu hal yang datang secara tiba-tiba, atau terkait dengan pemilihan presiden.

Megawati yang dikenal menyukai tanaman memiliki komitmen jelas mengenai lingkungan hidup di Indonesia.
Sumber: Suara Pembaruan (11/06/04)

Penyosokan positif lainnya terdapat dalam judul Megawati Cinta Lingkungan, dengan narasumber Agus “Pungky” Purnomo, Peneliti Senior LSM Pelangi sekaligus Direktur Wahana Lingkungan Hidup. Pungky lebih banyak memuji Megawati ketimbang menyodorkan fakta sebenarnya. Kalimat seperti :

Diakuinya, selama 25 tahun bergelut di bidang pelestarian lingkungan, belum pernah melihat seorang kepala negara yang menunjukkan kepedulian mendalam pada kelestarian lingkungan hidup.
Sumber: Suara Pembaruan (11/06/04)

Sejatinya masalah llegal logging dan perusakan hutan lainnya meningkat sejak lima tahun terakhir. Pungky seolah tak mengamati kerusakan hutan yang meningkat pesat lima tahun terakhir, akibat pemain illegal logging bertambah banyak. Hal itu terjadi karena pengusaha-pengusaha yang mengantongi HPH di zaman Orde Baru terlilit hutang dan menghentikan operasinya. Berganti dengan pengusaha-pengusaha baru, baik kecil maupun besar.

Sementara jatah tebangan tahunan melalui rencana karya tahunan (RKT) yang ditetapkan pemerintah dengan realisasi penebangan kayu di lapangan besar pasak daripada tiang. RKT 2004 ditetapkan sebesar 5,7 juta m3, namun volume kayu yang ditebang per tahun mencapai 80 juta m3 atau 14 kali lebih besar dari jatah resmi. Hal ini akibat permintaan industri kayu dalam dan luar negeri meningkat pesat. Di dalam negeri sendiri kapasitas terpasang industri kayu olahan amat besar sekitar 74 juta m3 per tahun, sehingga menciptakan permintaan yang sangat besar.

Sedangkan informasi mengenai program kerja capres-cawapres dapat ditemui dalam Suara Pembaruan (30/06/04) rubrik Pemilu Presiden 2004. Kubu Amien Rais-Siswono Yudo Husodo menjanjikan semua persoalan korupsi, masuknya beras impor, dan illegal logging akan dibenahi. Mereka juga menjanjikan berani memberantas kejahatan penebangan liar (illegal logging). Sementara Megawati-Hasyim menawarkan pengurangan eksploitasi hutan secara berlebihan dengan melalui penetapan kuota perdagangan kayu hasil hutan (Suara Pembaruan, 30/06/04).

Lalu bagaimana media massa cetak memberitakan isu persoalan hutan berkaitan dengan kampanye? dari berita yang dianalisis, dapat disimpulkan, meski media massa cetak memungkinkan menggarap berita lebih dalam, namun tak dilakukan oleh media. Alhasil tak berbeda antara liputan televisi dan media cetak. Informasi mengenai masalah kehutanan berkaitan dengan kampanye mampat sudah.

Illegal logging pada umumnya sebatas disebut namun tak ada penjelasan rinci. Hanya Amien Rais dalam programnya menyebut akan memberantas penebangan liar (illegal logging) bila terpilih menjadi presiden (Suara Pembaruan, 30/06/04).
Uniknya, pemaparan program Megawati dan Hasyim Muzadi terbilang sangat sering dalam Suara Pembaruan, ketimbang capres lain. Malah Megawati-Hasyim Muzadi ditulis dalam dua artikel: Program Lima Tahun Megawati-Hasyim di Bidang Ekonomi: Peningkatan Daya Saing Internasional (Suara Pembaruan, 11/06/04 dan 15/06/04).

Suara Pembaruan (15/06/04) memaparkan pada edisi 2, empat program Megawati-Hasyim, salah satunya berwawasan lingkungan. Program yang mengangkat isu di luar illegal logging, yakni pengelolaan sumber daya alam termasuk hutan, laut, tambang, air, daan lingkungan hidup yang berkesinambungan. Termasuk mencegah kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lebih ramah.

Tema illegal logging diberitakan pula dalam rubrik Sosok, yang memberi informasi mengenai profil Amien Rais. Sayangnya, rubrik ini tak menekankan kebijakan apa yang akan dia ambil. Berita ini sebatas pemaparan kehancuran hutan pada tahun-tahun terakhir. Amien mengatakan banyak pejabat pemerintah yang mengetahui adanya praktek pembalakan hutan, namun mereka tampaknya tak berdaya. Mereka mengetahui adanya penebangan liar, apalagi penebangan itu dilakukan dengan peralatan berat, (Kompas, Memimpin dengan Niat Lurus, 23/06/04). Namun pada Kompas (04/06/04) Amien menyatakan, pemberantasan illegal logging sangat bergantung kepada keberanian pemerintah untuk memberantasnya.

Dalam Kompas (23/6/04) berjudul Amien Rais: Saya harus Menyelesaikan Reformasi, Amien memprogramkan akan menghentikan dengan sungguh-sungguh pencurian pasir di Riau. Sedangkan Megawati memiliki program yang unik untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Dia menyerukan sistem bank pohon, yakni dunia usaha dan masyarakat berperan secara aktif mempercepat pemulihan kerusakan ekologis. Caranya, antara lain pemerintah menyediakan bibit pohon, lalu bersama-sama masyarakat melakukan reboisasi di lahan-lahan kritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar